Nyonya-Nyonya Istana Karya Hanung Bramantyo
TIM Jakarta, 17 November 2012 - Setelah berhasil mengangkat lakon-lakon kemedi yang terinspirasi kebudayaan daeran di Indonesia, rangkaian Indonesia Kita garapan trio kreatif Butet Kartaredjasa, Djaduk Ferianto, serta Agus Noor, didukung oleh Djarum Apresiasi Budaya kembali hadir dengan lakon keempatnya di tahun 2012, "Nyonya-Nyonya Istana". Pementasan yang disutradarai oleh Hanung Bramantyo ini mengangkat tema perempuan-perempuan yang begitu menentukan dalam penyelenggaraan pemerintahan, yang dikemas dengan gaya "stambul humor", memadukan fragmen komedi, tari dan musik disko dangdung.
Siap Menutup Rangkaian Indonesia Kita Di Tahun 2012
Lakon Nyonya-Nyona Istana akan menjadi tontonan yang mengocok perut sepanjang pertunjukan, karena didukung oleh para komedian seperti Cak Lontong, Marwoto, Susilo Nugroho, Yu Ningsih, dan Trio GAM (Gareng, Joned dan Wisben) yang berperan sebagai Anggota Kabinet Indonesia bersatu Jilid Terakhir. Inilah kabinet yang menandai akhir masa jabatan Bapak Pemimpin Istana, yang secara konstitusi tidak bisa mencalonkan diri lagi. Lalu muncul isu: betapa Bapak Pemimpin Istana sedang menyiapkan Putra Mahkota sebagai penggantinya. Beredar kabar juga kalau Nyonya Istana ingin maju mencalonkan diri.
Renitasari, Program Director Bakti Budaya Djarum Foundation mengungkapkan, "Seperti lakon-lakon sebelumnya, tentu tim kreatif menyiapkan sajian yang segar dan menghibur. Namun ada daya tarik lain dalam pementasan ini. Keterlibatan para sosialita yang ikut bermain teater, bagi saya merupakan kebanggaan tersenidir. Kini mulai terlihat dukungan dan apresiasi masyarakat Indonesia dari berbagai latar belakang terhadap karya-karya anak bangsa".
Menurut penulis cerita Agus Noor, kisah "Nyonya-Nyonya Istana", pada satu sisi merupakan gambaran, betapa perempuan banyak menentukan. Ada adegan, dimana keputusan-keputusan penting justru tidak dihasilkan dalam sidang kamibnet, tapi di arisan para Nyonya. Tapi pada sisi lain, kita juga melihat betapa lemahnya seorang pemimpin, yang sering tak ada justru disaat-saat penting. Kepemimpinan berlangsung secara in absensia. Ketika terjadi masalah, para pemimpin di lingkungan istana itu justru bernyanyi dan menari dangdutan. Banyak adegan yang akan mengocok perut, sekaligus membuat kita tersenyum getir.
Semoga saja, di tahun mendatang program Indonesia Kita ini terus terwujud, sebagai sebuah upaya untuk selalu terus merefleksikan berbagai persoalan bangsa, agar kita selalu punya harapan akan Indonesia yang makin baik," ujar Butet Kartaredjasa, pengagas program Indonesia Kita.
Pertunjukan terakhir Indonesia Kita tahun 2012 ini digelar di Graha Bhakti Budaya, Taman Ismail Marzuki Jakarta, Jum'at, 16 November 2012 pukul 20.00 WIB dan Sabtu, 17 November 2012 pukul 14.00 dan 20.00 WIB. Para pengunjung juga dapat menikmati aneka kuliner Indonesia dalam Pasar Kuliner yang akan diselenggarakan selama pertunjukan mulai pukul 12.00 WIB. Tiket pertunjukan dapat dibeli dengan harga Rp100.000 (Balkon), Rp200.000 (VIP), Rp300.000 (VVIP), Rp500.000 (Platinum) di dua tiket box, yaitu melalui Kayan di 0856 9342 7788 / 0838 9971 5725 dan TIM di 021-3193 7325.
Label: djarum apresiasi budaya, hanung bramantyo, indonesia kita, nyonya-nyonya istana
0 Komentar:
Posting Komentar
Berlangganan Posting Komentar [Atom]
<< Beranda